Kamis, November 27, 2008

Pusat Layanan Informasi AIDS

Kamis, November 27, 2008

Call Center KPA Nasional semakin ramai dihubungi setelah banyak yang mengetahuinya. Informasi dasar tentang HIV AIDS paling banyak ditanyakan.

Jika Anda belum pernah mendengar tentang Call Center Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, sekaranglah saatnya Anda mengenalnya. Layanan ini beroperasi sejak tahun 2006 dengan tujuan memberikan informasi mengenai HIV AIDS kepada masyarakat.

Seperti kita ketahui, selama ini masyarakat memandang HIV AIDS sebagai penyakit kutukan dan dianggap sebagai aib. Sehingga, tak jarang penderitanya menutup diri dari pergaulan umum. Di situlah peranan KPA Nasional amat dibutuhkan, mengingat perkembangan penderita HIV AIDS di Indonesia cukup tinggi, terutama Papua, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali.

Adapun nomor Call Center KPA Nasional yang dihubungi adalah (021) 3901758. “Atau, bisa menghubungi saya di nomor 0811984144,” kata Ajianto Dwi Nugroho, Media Specialist KPA Nasional. KPA Nasional membagi-bagikan nomor ini melalui selebaran dan poster.

Selain itu, nomor tersebut juga bisa didapatkan apabila mengakses www.aidsindonesia.or.id. “Kami tidak menggunakan nomor cantik untuk layanan ini karena dikelola dengan nomor kantor. Mereka umumnya langsung menelepon ke kantor. Kalau pun mereka mengontak ke ponsel saya, pasti akan saya jawab juga,” tutur Ajianto.

Karena KPA merupakan lembaga negara, pengoperasian call center -nya bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan KPA provinsi, serta KPA kabupaten/kota. Pendanaannya 30% dikeluarkan dari anggaran pendapatan dan belanja negara, sisanya didapat dari LSM, KPA provinsi dan kabupaten, juga donatur.

Namun, mengingat banyaknya masyarakat yang lebih mengetahui KPA Nasional daripada KPA provinsi atau kabupaten/kota, maka Call Center KPA Nasional memberikan rujukan kepada penelepon untuk menghubungi KPA terdekat.

Untuk Call Center KPA Nasional, sejauh ini dioperasikan sesuai jam kerja kantor. “Sementara, masyarakat bisa menghubungi nomor ponsel saya selama 24 jam penuh,” tegas Ajianto. Dalam sehari, call center ini menerima rata-rata 5 call in. Setiap call memakan waktu antara 15-30 menit. Pertanyaan yang paling sering dilontarkan adalah apakah HIV AIDS bisa disembuhkan, bagaimana cara penularannya, soal bahaya HIV AIDS, dan apa obatnya.

Dari sisi usia, yang menghubungi mayoritas dari mereka adalah remaja antara 15-25 tahun. Yang menarik, dalam berkonsultasi, remaja-remaja itu menceritakan sebuah kasus dengan dalih kasus tersebut sedang mendera teman mereka. Padahal, bisa dipastikan bahwa kasus itu menimpa mereka sendiri.

“Di Call Center KPA Nasional ini ada dua orang yang bertugas, saya sendiri dan seorang lagi teman saya,” ucap Ajianto. Apakah tidak terlalu sedikit? Ia menjawab, “Saya rasa tidak, karena ini sifatnya hanya mengenai isu kesehatan.”

Ajianto menambahkan bahwa dahulu informasi mengenai HIV AIDS masih sangat tertutup. Sekarang layanan seperti ini sudah dibuka. Sekarang hampir semua KPA di provinsi sudah memiliki pusat layanan semacam ini. Di kabupaten/kota saja ada 105 layanan, yang semuanya di bawah koordinasi KPA Nasional.

Menyangkut kriteria sumber daya manusia, setidaknya petugas Call Center KPA Nasional memahami perihal HIV AIDS. “Yang pasti, pusat layanan informasi ini diminati masyarakat. Semakin banyak orang yang mengetahui call center ini, semakin banyak pula yang menghubungi,” tandas Ajianto.

Hotline AIDS
Tidak hanya untuk kepentingan bisnis, call center pun bisa dimanfaatkan untuk misi sosial. Hal ini pernah diungkapkan oleh pengamat teknologi informasi Richardus Eko Indrajit, bahwa tren call center nantinya akan berfungsi sebagai knowledge center seperti yang terjadi di Amerika Serikat.

Satu contoh yang bisa kita telaah adalah Hotline AIDS di bawah pengelolaan Pokdisus (Kelompok Studi Khusus) AIDS yang mulai dioperasikan pada tahun 1993. Ide pembuatan hotline muncul ketika kebutuhan masyarakat akan informasi seputar AIDS terus meningkat. Ide itu kemudian diwujudkan berkat kerja sama Pokdisus AIDS dengan radio Prambors, Telkom, dan Multipolar (Lippo Group).

Lalu, pada tahun 1995, Pokdisus AIDS mulai membuka hotline-nya secara langsung tanpa bekerja sama dengan pihak lain. Mulai saat itu konten layanannya menjadi lebih segar karena penelepon bisa berkonsultasi secara langsung. Hotline AIDS buka setiap hari yang dilayani dengan 7 line sehingga bisa menerima 7 penelepon sekaligus.

Karena bermisi sosial, Hotline AIDS dikelola secara client oriented. Pengembangan layanannya dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan lembaga. Selama ini, meski berada di bawah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Hotline AIDS dijalankan atas pendanaan self finance.

Purjono Agus S.
Liputan: Fisamawati

0 komentar:

 
◄Design by Pocket