Rabu, Februari 04, 2009
Agina Siti Fatimah: Si Gesit dari Infomedia
Rabu, Februari 04, 2009
Kunci sukses berkarier Agina terbilang sederhana, tetapi sarat makna. Ia selalu berpegang teguh pada komitmen, yang kemudian dijabarkan ke segala aspek pekerjaan.
Tak terasa sudah enam tahun Agina Siti Fatimah bergabung dengan PT Infomedia Nusantara. Kini, posisi puncak sudah disandangnya sebagai Direktur Utama PT Infomedia Nusantara sejak Maret 2007 lalu. Sebelumnya, perempuan berpenampilan energik ini menjabat direktur contact center untuk periode 2002-2007 di perusahaan yang sama.
“Saya pernah menjabat GM Unit Call Center Divisi Regional II Jakarta, Kepala Unit Pelayanan Divisi Regional II Jakarta, Manager Operasi dan Teknik Wilayah Telekomunikasi Jakarta, dan Manager Purel Exrel Telkom Bandung,” katanya ketika ditemui di ruang kerjanya.
Perjalanan kariernya di Infomedia diawali dengan membentuk perubahan. Saat itu, Infomedia melakukan strategi bisnis baru. Tidak hanya mengelola Yellow Pages saja, tetapi melebarkan sayap dengan menyediakan jasa outsourcing dalam bentuk layanan contact center serta layanan konten yang terfokus pada penyediaan data sesuai kebutuhan mitra.
Bagi alumnus Fakultas Teknik Universitas Trisakti jurusan Teknik Elektro ini, karier yang dilaluinya penuh liku-liku. Diungkapkannya, pertama kali menjabat manajer purel exrel, ia harus mahir membuat press release. Sama halnya di posisi direktur contact center, ia harus berhadapan langsung dengan agen dan klien. “Terbilang dinamis dan menuntut perubahan yang sangat drastis,” ungkapnya.
Sifatnya yang gesit dan tidak bisa diam di satu situasi, memberikan kepuasan tersendiri bagi Gina—begitu panggilan akrabnya. Perubahan itu membuahkan hasil. Ia mampu menyosialisasikan dan membesarkan layanan contact center yang diembannya. Gina berperan dalam memberikan edukasi pasar mengenai layanan contact center. “Kuncinya mau kerja keras dan to be the best,” katanya memberi tips.
Bicara soal gaya kepemimpinan, Gina menerapkan sistem keterbukaan—baik dalam hubungan dengan atasan, karyawan maupun dirinya sendiri. Contoh kecilnya adalah pintu ruang kerjanya yang tidak pernah tertutup. Jadi, tak ada istilah “ketuk pintu”. Ia memaparkan, gaya ini memberikan kedekatan antara dirinya dengan lingkungan di luar ruangannya. Otomatis, hubungan komunikasi pun lebih efektif. Selain itu, penerapan sikap demokrasi maupun komitmen menjadi hal mutlak.
“Pada dasarnya saya bukan orang ‘back room’, tetapi orang lapangan yang senang berdiskusi dan sharing. Di luar kantor, handphone saya selalu aktif 24 jam. Jadi, saya terbuka bagi karyawan yang ingin bertanya mengenai pekerjaan ataupun bagi klien yang ingin komplain,” katanya merendah.
Dari situlah, Gina merasa ilmu yang diperoleh di lapangan jauh lebih berharga karena sifatnya terus berkembang dan langsung berhadapan dengan kasus yang memberi banyak pengalaman. Ilmu lainnya bisa didapat dari buku-buku yang ada. “Saya banyak belajar dari klien. Dari mereka saya jadi tahu seperti apa keinginan dan peluang market di lapangan, dan bagaimana solusinya,” terangnya antusias.
Begitu pun dengan sistem pengambilan kebijakan dan keputusan, Gina tak pandang bulu baik terhadap karyawan laki-laki atau perempuan. Ditambahkannya, memang terkadang perempuan masih menggunakan “feel” dalam menentukan sesuatu. Tapi, ini tak berlaku baginya. Objektivitas dalam menganalisis menjadi faktor yang penting.
“Bisa dilihat sekarang, perempuan pun bisa berkarier dan menjabat posisi penting di perusahaan-perusahaan terkemuka. Jadi, asumsi bahwa perempuan lebih lemah dibandingkan laki-laki sudah tidak relevan lagi. Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya dan terbukti,” urainya.
Gina berpendapat, kesempatan berkarier bagi perempuan sudah terbuka lebar. Seperti halnya di Infomedia, yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi karyawan perempuan untuk mengembangkan potensinya. “Jadi sejajar, tidak ada perbedaan gender,” tegasnya.
Selain itu, dalam menghadapi karyawan laki-laki, Gina merasa baik-baik saja. Tak sedikit pun merasa canggung. Padahal, di perusahaan tempatnya bernaung mayoritas karyawan adalah laki-laki. “Saya menjaga hubungan dengan sebaik mungkin. Sebisa mungkin kesan bossy dihilangkan,” ucapnya serius.
Di tangan dinginnya, Infomedia mengukir prestasi peningkatan market share bisnis contact center menjadi 60%. Bukan itu saja, Infomedia juga memperoleh sejumlah penghargaan yang menegaskan kompetensinya sebagai perusahaan dengan layanan terkemuka di Indonesia. Antara lain sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Contact Center Telkomsel dari TUV Nord; Performance Phone Banking Awards 2005; penghargaan Situs Indonesia Terbaik (www.yellowpages.co.id) 2004-2005; penyelenggara Contact Center dengan Performansi yang Memuaskan; dan Layanan Contact Center Terbaik tahun 2006.
Namun, Gina juga manusia biasa. Diakuinya, terkadang rasa jenuh muncul. Paling lama sekitar seminggu. “Untuk mengatasinya, saya cukup merenung. Saya telaah kembali, apa dampak positif dan negatifnya. Sampai muncul kesadaran agar tidak terus larut dalam situasi tersebut sehingga muncul semangat untuk bangkit lagi,” ujarnya.
Terlepas dari itu semua, Gina merasa mampu menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu dari tiga anak. Di sela-sela kesibukan pekerjaan kantor, ia masih menyempatkan waktu untuk keluarga. Meski hanya di hari Sabtu dan Minggu saja, itu dirasakan cukup. Untuk dirinya, Gina masih sempat menyalurkan hobi mendesain ulang ruangan, mendesain baju dan aksesoris lainnya.
Secara umum, Gina bertemu ketiga anaknya di pagi hari sebelum berangkat kerja dan malam hari sesampainya di rumah. “Memang jika diukur dari kuantitas nilainya kecil, tetapi saya mengharapkan kualitas komunikasi yang terbaik bagi keluarga. Kebetulan, selama ini keluarga pun mendukung,” ujar perempuan yang gemar berolahraga ini.
Gina menambahkan, biasanya hari libur diisinya dengan berdiskusi seputar pelajaran anak-anak hingga pergaulan mereka dengan teman-temannya. Bahkan, jika memungkinkan, diskusi ini bisa menghabiskan waktu sampai 3 jam. Kadang diselingi liburan atau jalan-jalan ke mal dan salon bersama putrinya. “Suami percaya bahwa saya bisa mendidik anak-anak dengan baik di tengah kesibukan yang saya kerjakan. Tetapi, jika anak laki-laki ada masalah, tetap butuh sosok seorang ayah,” tambahnya.
Untuk mempertahankan kariernya, Gina memiliki trik khusus, terutama untuk kaum hawa. Pertama, jika ingin meraih karier dan setara dengan laki-laki, maka harus membekali diri dengan mencari tahu apa tuntutan pekerjaan itu. Kedua, pelajari ilmu dan kunci sukses di setiap pekerjaan, minimal hal-hal yang bersifat garis besarnya. “Namun, baik laki-laki maupun perempuan, sama saja. Semua kembali lagi pada masing-masing individu, apakah memang ingin berkontribusi yang terbaik atau tidak,“ ucapnya menutup perbincangan.
Fisamawati
Majalah MARKETING
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar