Selasa, Maret 31, 2009

Apoteknya Terus Menggurita

Selasa, Maret 31, 2009
Apotek K-24 sukses mewaralabakan retail khusus obat-obatan. Jumlah gerainya kini lebih dari 75 buah. Apa resepnya?

Di antara pembaca pasti ada yang pernah kesulitan membeli obat saat larut malam, terlebih ketika hari libur. Pasalnya, apotek-apotek di sekeliling sudah tutup. Padahal, kebutuhan konsumen akan layanan apotek tidak kenal waktu. Kapan saja orang bisa sakit dan butuh obat.

Pengalaman pribadi seperti inilah yang mengilhami Gideon Hartono mendirikan Apotek K-24. “Karena itu, saya terdorong untuk membuka usaha apotek yang buka 24 jam nonstop,” kata Direktur Utama PT K-24 Indonesia ini.Berdiri sejak 24 Oktober 2002, apotek ini merupakan apotek jaringan pertama yang buka nonstop setiap hari. Nama Apotek K-24 sendiri memiliki dua makna: “K” berarti komplet, dan “24” berarti 24 jam. Artinya, selain komplet obatnya dan apotek ini dapat diakses selama 24 jam.

Meskipun juga beroperasi malam hari, terang Gideon, harga yang ditawarkan merupakan “harga normal”. Tidak ada perbedaan harga antara pagi, siang, malam, bahkan hari libur. Ini merupakan bentuk penjabaran visi dari Apotek K-24 yang ingin memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan obat.

Selain menjual obat resep atau racikan, Apotek K-24 juga menyediakan obat tanpa resep dokter. Kelengkapan tersebut ditambah dengan obat pendukung seperti multivitamin, food supplement, alat kesehatan, bahkan produk non-obat seperti susu dan bubur bayi. Setiap gerai Apotek K-24 menyediakan obat sebanyak 6.000 item. Sedangkan apotek lain, menurutnya, biasanya cuma menyediakan sekitar 2.000-3.000 item obat.

“Ketika membeli obat di sini pun tak perlu merasa takut karena sudah ada jaminan keasliannya. Maklum saja, sekarang ini banyak obat palsu yang beredar di masyarakat, jadi harus hati-hati membeli,” imbuh Gideon. Ia mengaku hanya ingin membeli obat dari distributor resmi atau obat yang ada fakturnya.

Sebenarnya, banyak yang menawarkan obat ilegal dengan harga sangat murah, tapi ia tidak mau karena asal usulnya tidak jelas. Gideon pun menyatakan cuma mengambil margin 17-25% dari obat yang dijualnya, meski dari pihak distributor ada peluang mendapatkan laba 20-40%.

Menariknya, dari segi pelayanan juga tergolong bagus. Apotek K-24 tersohor dengan kualitas service yang prima. Selain menerapkan budaya kerja dalam melayani konsumen, mereka juga punya ruang khusus yang dinamakan pojok konsultasi. Konsumen pun diberi kemudahan dengan adanya layanan delivery order. Bagi konsumen yang membutuhkan obat namun tidak bisa datang, layanan ini dapat dimanfaatkan.

Apotek yang logonya didominasi warna hijau, merah dan kuning ini buka pertama kali di daerah Yogyakarta. Lantaran sambutan masyarakat setempat sangat bagus, Gideon lantas memutuskan untuk membuka gerai berikutnya. Tepat pada 23 Maret 2003, gerai kedua resmi dibuka di daerah Gejayan. Disusul gerai selanjutnya di Gondomanan dan kota Semarang.

Saat ini, Apotek K-24 telah menggurita hingga berjumlah lebih dari 75 gerai. Lokasinya tersebar di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Bandung, Cilacap, Kudus, Pati, Ungaran, Kediri, dan Bondowoso. Bahkan di luar Pulau Jawa juga ada, yakni di Medan, Palembang, Kupang, dan Bali. “Di antara semua gerai tersebut, tujuh di antaranya adalah company own dan sisanya milik franchisee,” ujar Gideon antusias.

Rupanya, melihat peluang bisnis yang terbuka lebar, sejak 2005 Gideon mulai menawarkan sistem waralaba. Dipaparkannya, sistem jaringan waralaba ini membuka kesempatan bagi orang yang ingin memiliki usaha apotek, meskipun tidak punya background atau pengalaman di bidang farmasi. Pasalnya, para franchisee yang merupakan active investor tersebut akan mendapat pelajaran sebagai “pengusaha apotek” (ada transfer of knowledge).

Dengan membayar Rp 60 juta untuk masa waralaba 6 tahun, lanjut Gideon, para franchisee akan memperoleh sederet benefit. Antara lain cara meminimalkan risiko kegagalan; penggunaan brand Apotek K-24; berbagai support seperti perekrutan apoteker dan asisten apoteker, pelatihan awal, pendampingan praoperasional hingga soft opening, termasuk pula stok obat awal dan sistem IT, penggunaan franchise operational manual dan dukungan promosi bersama.

“Investasi akan balik modal (break event point) kurang dari tahun ketiga, apabila target omzet terpenuhi,” klaim Gideon yang mengaku mendapat omzet 250-300 juta per gerai. Ditegaskannya, apotek adalah usaha jangka panjang yang sudah ada sejak dulu. Artinya, bukan bisnis musiman yang kadang terpengaruh tren tertentu. Baginya, apotek selalu menjadi tempat pemenuhan “kebutuhan primer”—setelah pangan. Terbukti, usaha miliknya bisa bertahan, meski terjadi krisis ekonomi.

Pastinya, upaya mendekatkan diri dengan konsumen juga tidak dilupakan. Gideon memaparkan, kegiatan promosi yang dilakukan sering kali berkaitan erat dengan acara bakti sosial kemasyarakatan. “Kami sudah menerapkan program Corporate Social Responsibility sebagai bagian dari budaya perusahaan, sekaligus upaya promosi dan marketing brand Apotek K-24 dalam skala nasional,” ujarnya.

Berbagai kegiatan lain pun dilakukan. Tahun 2006, mereka memberikan bantuan peduli gempa Yogyakarta, lalu pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi korban banjir di Jakarta tahun 2007. Kegiatan semacam ini menjadi agenda rutin dalam setiap pembukaan Apotek K-24. Begitu pula dengan perayaan hari besar, apotek ini turut aktif mengadakan event seperti Tahun Baru, Natal, dan Idul Fitri.

“Untuk materi promosi, biasanya kami menggunakan brosur, spanduk, banner, gimmick, dan beberapa aksesoris lainnya. Promosi Apotek K-24 juga bisa dilakukan dengan cara menginformasikan melalui media massa, baik cetak maupun elektronik,” tambahnya.
Peraih penghargaan MURI kategori “Apotek Jaringan Pertama yang Buka 24 Jam Nonstop Setiap Hari” dan “Apotek Asli Indonesia yang Pertama Diwaralabakan” ini, rencananya akan terus membuka gerai baru. Wilayah selanjutnya adalah Aceh, Batam, Lampung, Jambi, Balikpapan, Palangkaraya, Makassar, Atambua, dan Maumere—Flores, Nusa Tenggara Timur.

Pihak manajemen perusahaan menetapkan, tahun 2010 mereka bisa mencapai target 500 gerai yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. “Target ini akan tercapai dengan mengajak para mitra usaha untuk ikut bergabung menjadi Keluarga Besar Apotek K-24. Percepatan pertumbuhan sangat memungkinkan karena K-24 memiliki panduan pendirian dan pengoperasian gerai,” ujarnya mengakhiri perbincangan.

Fisamawati
Majalah MARKETING

0 komentar:

 
◄Design by Pocket