Selasa, Desember 16, 2008

INDUSTRI PERTELEVISIAN: Program “Segmented” Mulai Diminati

Selasa, Desember 16, 2008

Tidak selamanya sinetron bisa mengikat animo pemirsa televisi. Kejenuhan mulai terlihat. Kemana arah tayangan akan berpindah?

Perkembangan industri pertelevisian di Indonesia kian pesat. Ini ditandai dengan hadirnya puluhan stasiun televisi, baik dalam skala nasional maupun lokal. Akibatnya, persaingan di antara para pemain kian sengit. Masing-masing berlomba menyajikan program unggulan untuk memikat pemirsa.

Berhasil-tidaknya program TV memang ditentukan oleh pemirsa. Makin banyak yang menonton, makin sukses pula acara tersebut—dan makin tinggi pula potensi untuk meraup banyak iklan. Dalam dunia pertelevisian, dikenal istilah rating, yakni skor untuk mengetahui jumlah orang menyaksikan sebuah acara TV. Bila skor rating-nya tinggi berarti acara tersebut banyak ditonton pemirsa, begitu pun sebaliknya.

“Persaingan di tahun 2008 relatif masih ketat. Hampir sama dengan tahun 2007 kemarin. Semua stasiun televisi berlomba-lomba membuat program semenarik mungkin untuk mendapatkan perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya,” ujar Andini Wijendaru, Executive Public Relations PT AGB Nielsen Media Research (NMR) Indonesia.

Jika dilihat dari segi jumlah penonton, tahun ini sinetron (drama series) tampaknya masih digandrungi—khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga. Namun, berdasarkan supply program dari stasiun televisi, menurut Andini, pasokan sinetron mulai berkurang. Penurunan supply sinetron ini sudah terjadi sejak tahun 2006. Untuk menutupinya, tayangan sinetron pun diganti dengan FTV dan drama percintaan.

Di samping itu, ada fenomena menarik yang terjadi tahun ini, yaitu makin disukainya tayangan sport. “Dilihat dari genre program, olahraga mulai mendapat perhatian penonton. Program-program olahraga tersebut dikerucutkan lagi hingga muncul kategori sepak bola, bulu tangkis, dan tinju,” katanya. Tayangan olahraga ini sifatnya program khusus. Artinya, target audiens yang dibidik termasuk segmented, yakni laki-laki.

Berdasarkan 20 Top Program periode Januari–15 November 2008 yang dirilis NMR, program yang ditonton pemirsa usia lima tahun ke atas cenderung bervariasi. Beberapa program olahraga ternyata mampu menyedot perhatian banyak pemirsa. Misalnya saja siaran langsung Liga Djarum: PSMS vs Sriwijaya yang meraih penonton tertinggi (3,72 juta); kualifikasi Final Thomas Cup & Uber (3,59 juta); dan Kukubima World Boxing (3,46 juta).

Tayangan musik juga cukup mendominasi. Beberapa contohnya adalah Mamamia Supermama (3,62 juta); Stardut (3,45 juta); Demam Dangdut (3,33); dan Club (3,20 juta). Sementara itu, sinetron hanya bisa menempatkan dua judul—Cinta Bunga dan Azizah—di antara 20 program yang paling banyak ditonton pemirsa (lihat tabel).

“Ini berbeda dengan tahun 2007 yang didominasi oleh tayangan sinetron, drama, dan film,” terang Andini. Jika dibandingkan dengan periode yang sama (Januari–15 November), tahun lalu sinetron dan sejenisnya sangat perkasa dengan menempatkan 14 judul.

Survei ini dilaksanakan oleh AGB Nielsen Media Research Indonesia di 10 kota besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin), dengan target audiens yang berusia di atas lima tahun. Hasil survei tersebut menunjukkan peningkatan tontonan di kalangan laki-laki.

Peningkatan jumlah tayangan khusus laki-laki, lanjut Andini, awalnya dikarenakan keinginan pihak stasiun televisi untuk lebih menjangkau target pemirsanya, bukan hanya untuk kalangan perempuan. Akibatnya, program-program yang bervariasi makin marak ditawarkan. Kondisi ini, lanjut Andini, berbeda dengan tahun sebelumnya di mana program sinetron, musik, dan film masih menjadi primadona.

“Perpindahan tersebut dilandasi atas keinginan mereka dalam memberikan ‘warna’ tayangannya. Selain bertujuan menarik minat pemirsa, hal ini juga untuk menunjukkan eksistensi mereka dalam memanjakan keinginan pemirsa. Apalagi, sekarang ini marak televisi berbayar. Persaingan di industri siaran televisi kian sengit,” lanjutnya.

Faktor lain yang mempengaruhi genre tayangan baru adalah pemirsa itu sendiri. Seiring waktu, kebutuhan dan tren yang diinginkan pemirsa selalu berubah-ubah. Contohnya, sinetron dulu digemari, tetapi sekarang penonton sudah jenuh dan menginginkan tayangan yang berbeda. Penonton jenuh jika “dibombardir” oleh satu tayangan yang monoton. Apalagi jika tayangan sejenis juga disiarkan di stasiun-stasiun televisi lain.

Salah satu tayangan yang tengah digemari saat ini adalah Termehek-mehek. Di tengah maraknya tayangan sinetron di saat prime time, Trans TV justru berani menghadirkan reality show dengan kemasan yang berbeda dari pemain lainnya. Termehek-mehek disinyalir mampu menaikkan rating Trans TV. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan pemirsanya, tayangan tersebut sampai hadir dua kali dalam seminggu, Sabtu dan Minggu.

Dalam Top 10 Program November 2008 (1–15 November 2008), Termehek-mehek mencapai skor rating tertinggi, yakni 6,5 dengan jumlah pemirsa 2,75 juta orang. Meski begitu, berdasarkan data tahun sebelumnya, pencapaian rating setiap program bisa naik-turun tergantung pada pilihan pemirsanya. “Karenanya, stasiun televisi harus mengantisipasi hal itu sedini mungkin. Harus pandai-pandai mencari ide dalam mengemas tayangannya,” saran Andini.

Fisamawati
MARKETING Edisi Desember 2008

0 komentar:

 
◄Design by Pocket